Kamis, 07 April 2011


1. The Journal MUSLIM TRAVELER

Perjalanan pada hakikatnya harus memiliki nilai. Entah nilai yang bersifat transenden ataupun idealis, sehingga ia tak sebatas menikmati sebuah pelesiran. Perjalanan yang tak memiliki nilai sama artinya dengan menafikan keberadaan manusia sebagai makhluk yang membawa sifat-sifat keilahian.

Heru Susetyo, seorang petualang dan aktivis HAM, memberi makna lebih dari ungkapan di atas dalam setiap perjalanannya. Ia menyapa anak-anak di Siem Reap-Kamboja, Pattani-Thailand, dan di Mindanao-Filipina, yang hidup dalam kesederhanaan. menyapa para mualaf dari Jepang, Belanda, Jerman, hingga Republik Ceko yang semangatnya selalu menyala.

Pengalamannya menjejak puluhan negara di lima benua, begitu dalam dan beragam. Dan darinya kita mencatat, bahwa perjalanan layaknya sebuah ekstase, akan melahirkan energi baru dalam kehidupan.

2. Finding RUMI - Catatan petualangan perempuan Indonesia di Turki

“Membaca buku ini, saya bukan hanya diajak berkeliling Turki, tetapi lebih dari itu, saya juga bisa merasakan kekuatan berlimpahnya cinta dan kedamaian spiritual...Rasanya saya ingin segera mendatangi tempat-tempat yang sudah ditunjuk oleh Najmar, dan merasakan apa yang dikatakan Rumi tentang pencerahan ruhani 800 tahun lalu.”
-- Budhy Munawar Rachman, Pendiri Nurcholish Madjid Society

"Najmar menawarkan pendekatan segar dalam mengulas berbagai gagasan sufisme Jalaluddin Rumi: berangkat dari pengalaman pribadi dari hari ke hari saat dia napak tilas peninggalan Rumi di Turki, naratif, berbahasa populer, dan terkadang jenaka. Siapa pun bakal dipermudah untuk turut menyimak catatan perjalanan spiritual ini secara santai, renyah, tanpa merasa dicekoki konsep-konsep jelimet, tetapi sekaligus tetap mengena— bahkan pada beberapa momen malah cukup menggugah. Cara bertutur penulis ini mengingatkan saya pada sejumlah buku spiritual lain, katakanlah seperti teka-teki Zen Budhisme, kisah-kisah Nasruddin Hoja, atau cerita-cerita lucu tapi jitu ala Abu Nawas".
-- Ilham Khoiri, wartawan Kompas

“Berontak dari tradisi penelitian yang melulu harus objektif dan jaga jarak (distance) dengan objek penelitian, dalam petualangan gaya backpacker ini Najmar benar-benar membuka diri untuk menemui Rumi;dengan diselingi interupsi-interupsi rasionya.”
-- Asrori S. Karni, Wartawan Gatra, Pemenang Anugerah Adiwarta 2009

“Buku yang ditulis oleh saudari Najmar ini menarik untuk dibaca sebagai tambahan mozaik yang memperkaya gambaran tentang negeri yang pernah menjadi sentral pemerintahan teokrasi Islam sekaligus sarang sekularisme beberapa abad lalu itu, juga yang terpenting tentang tradisi Rumi yang hidup di sana".
-- Ahmad Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU

Najmar, Alumni Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS), Universitas Gajah Mada. Pernah menjadi religion tour guide untuk wisatawan asing di sebuah café di Jogja. Buku ini merupakan catatan samping dari perjalanannya di Turki melalui program
-- Sasakawa Young Leaders Fellowship Fund (SYLFF)-Tokyo Foundation.

Kamis, 03 Desember 2009

Buku dengan True Story

0 komentar


1. Travellous

Penerbit : Travellous Publishing

Judul Buku : Travellous

Penulis : Andrie Budiman

ISBN : 978-979-19467-0-4

Hal : 213+ xvi

Ukuran : 14 x21

Tahun Terbit : Maret 2009

Harga: 50.000,-

Distributor Tunggal:

CV. Diandra Primamitra Media

“Catatan perjalanan seorang backpacker muda keliling dunia”

Malam berganti malam, dan hari berganti minggu. Saya selalu harap-harap cemas menanti datangnya sebuah kabar yang datang dari teman di pulau seberang. Entah kenapa, saya merasa begitu excited saat mendengar kabar ini terpampang di blognya. Dan saya bagaikan seorang anak yang di janjikan sebuah mainan, mengisi hari dengan penantian yang akhirnya kini terbayar sudah.

Suatu sore, dikala saya sedang terdiam menatap indahnya semburat mentari sore dari beranda rumah saya. tiba-tiba sebuah sms membuyarkan lamunan saya. Dan akhirnya, datang juga kabar itu.

“Dhi, info lengkapnya tentang bukuku sudah aku kirim ke emailmu, cek ya!!”

andrei.

Oalah, betapa girang hati saya membacanya. Sebuah buku yang sudah lama saya tunggu kemunculannya. Sebuah buku yang diangkat dari sebuah blog yang dulu selalu saya kunjungi setiap hari, hanya untuk mengecek apakah ada tulisan baru di blog itu. Sebuah buku yang berisi tulisan-tulisan yang dahulu pernah memberikan inspirasi bagi hidup saya bahkan hingga sekarang. Dan selalu mampu membuat saya tertawa tergelak-gelak bahkan menitikan air mata haru di setiap ceritanya.

————–

Andrei budiman, anak pertama dari tiga bersaudara yang sehari-harinya bekerja sebagai kritikus film Montase dan menghabiskan waktunya menonton banyak film ini. Lahir pada 26 November di ibukota selatan kalimantan. Dikenal sebagai seorang Backpacker dan penulis sejak jaman ia masih berseragam putih abu-abu dulu. (ini katanya lho ya!!hihi, berdasarkan yang saya baca di bagian belakang bukunya.)

Perkenalan saya dengan Andrei dimulai ketika saya memulai aktivitas blogger saya untuk mengenalkan blog kitatentangsemua.com ini kepada blogger lain (baca:blogwalking). Entah dari blog mana saya mendapatkan link ke blog andrei, saya lupa, yang pasti saat itu saya telah terlarut membaca kisah petualangannya bersama seorang gadis bernama Julls dalam cerita “Continue to the north”.

Dengan gaya menulisnya yang benar-benar menarik, seakan-akan membuat saya juga ikut larut dalam semua cerita yang ia tuliskan. Saya benar-benar tidak menyangka kalau beberapa hari berikutnya saya menghabiskan waktu-waktu saya dengan membaca kisah perjalanannya dari awal sampai akhir.

————-

Hemm, jadi begitu mendengar blog ini akan di bukukan, saya segera menghubungi andrei via email, untuk segera memesan sebuah bukunya. Ada banyak kisah yang membuat saya penasaran akan kelanjutan ceritanya, ada banyak juga cerita yang hilang yang tidak sempat di tulis andrei pada blognya. Dan kisah terakhir yang dipostingnya membuat saya bertanya-tanya dan tanya-tanya, apa kelanjutan ceritanya.

Dan pada akhirnya, sampai juga buku ini di tangan saya. Buku yang penuh makna dan inspirasi. Buku yang terdiri dari jurnal-jurnal nyata dari sebuah perjalanan seorang anak manusia menaklukan benua eropa. Dimana didalamnya terdapat berbagai petuah, berbagai macam budaya, Kisah sedih seorang backpacker dan romansa kehidupan cinta seorang anak Banjar yang sangat menyentuh hati saya.Buku ini pula yang telah memberikan inspirasi bagi saya, juga semangat hidup yang dahulu sempat memudar. Seakan-akan buku ini mampu membuat saya bermimpi mengenai masa depan saya yang lebih cerah. Dan dari dalam hati saya yang paling dalam, buku ini merupakan salah satu keajaiban bagi kehidupan saya. Yang sangat berharga dan bermakna.


2. Book : Tales from the Road

Pengarang : Matatita

Editor : Dhewiberta

Genre : Jurnal

Penerbit : B first (PT Bentang Pustaka)

Tahun Terbit : 2009

Cetakan Ke-I : Juni 2009

Harga: Rp. 25.600

Sewaktu hunting Travellous kemarin, sebenarnya saya sudah melihat buku ini dipajang di salahsatu rak Togamas. Namun karena ketika itu isi dompet saya cuma mengizinkan untuk membeli Travellous, buku ini saya cuekin dulu. Barulah beberapa hari yang lalu buku ini berhasil saya “tebus”. :mrgreen:

Buku ini diangkat dari blognya seorang traveler berpseudoname Matatita. Karena memang seorang lulusan Antropologi (UGM), tulisan-tulisan Mbak Matatita ini sangat kaya dengan ulasan budaya, adat istiadat, dan perilaku masyarakat di tempat-tempat yang pernah dia kunjungi. Menariknya tulisan-tulisan itu disajikan dalam bahasa yang santai. Tips-tips yang disajikan di buku ini juga sangat berguna, terutama bagi traveler kere. :mrgreen:Beberapa hal itulah yang membedakan buku ini dengan buku-buku lain yang sejenis.

Yang membuat saya kagum adalah buku ini Ngindonesia banget. Apa pula itu Ngindonesia? Penulis cukup banyak menulis tentang perjalanan-perjalanannya ke daerah-daerah eksotis di Nusantara. Pembaca seolah disadarkan bahwa masih banyak spots menarik di negeri ini untuk dikunjungi, tak perlu dulu lah keliling dunia.

Akhirnya, lewat buku kecil ini saya hanya ingin menyampaikan satu ajakan: let’s go experiencing different cultures!


3. Leaving Microsoft to Change The World

Berawal dari sebuah visi memenuhi minat baca anak-anak di sebuah sekolah terpencil di Nepal, John Wood mendapati dirinya mengembangkan visi yang lebih besar, mengubah dunia dengan menyediakan satu buku untuk seorang anak lewat pendirian perpustakaan-perpustakaan di dunia berkembang.
Mikrosoft yang mengubah duniaSaat bekerja di Microsoft selama tujuh tahun (1991-1998), John tidak pernah berhenti dari treadmill kehidupan. Sebagai seorang spesialis dalam pasar internasional, John harus bisa berada di tujuh tempat sekaligus. Berada di Johannesburg pada hari Jumat dan di Taiwan pada hari Minggu, siap melakukan presentasi, menghadiri pertemuan, dan melakukan wawancara pers. Pekerjaannya secara finansial memang menguntungkan tetapi penuh dengan tekanan dan stres yang tinggi. Kehidupan sosial bersama keluarga dan teman-teman pun nyaris selalu ia korbankan demi pekerjaan. Pekerjaan dapat mengandalkannya, tetapi keluarga dan teman-teman tidak. Saking gila kerja, mantra yang cocok baginya seolah-olah adalah ‘Anda dapat tidur saat Anda mati dan dikubur’.

Menyadari karirnya di Microsoft menguras seluruh hidupnya, John berlibur ke pegunungan Nepal untuk menjauh dari kesibukan yang tiada henti. Dalam perjalanan berjalan kaki menelusuri dataran Himalaya, penulis yang digelari “21st century Andrew Carnegie” oleh media-media internasional ini, berjumpa dengan seorang pendidik (guru) lokal. Ia kemudian diajak mengunjungi sebuah sekolah yang hanya mempunyai sedikit buku dalam perpustakaan yang tidak pernah dipakai. Buku-buku itu pun buku-buku peninggalan pelancong yang malah tidak layak dibaca oleh anak-anak.

Sekolah dengan murid sekitar 450 orang itu rupanya belajar tanpa buku. “Ya, saya dapat melihat bahwa Anda (John Wood) juga menyadari bahwa ini sebuah masalah besar. Kami berharap dapat menanamkan kebiasaan membaca kepada anak didik kami. Tetapi itu tidak mungkin jika hanya buku-buku ini yang kami punya,” kata kepala sekolah itu. Kenyataan yang dilihat oleh John Wood membuatnya berpikir bagaimana hal ini bisa terjadi di sebuah dunia dengan buku-buku yang begitu melimpah? Kalimat berikutnya dari kepala sekolah itu menjadi kalimat yang mengubah arah hidup John Wood selamanya, “Barangkali, Pak, suatu hari Anda akan kembali dengan buku-buku.”

Pengalaman berharga di pedalaman Himalaya membuka mata John untuk menggalang keluarga dan teman-temannya mengumpulkan buku untuk diberikan kepada sekolah itu. Keberhasilan pertama mengumpulkan buku-buku untuk sekolah itu membuka pintu untuk membagikan buku kepada sekolah-sekolah lain hingga akhirnya terbentuklah Room to Read. Organisasi non-profit yang dibentuk oleh John ini meluas hingga ke berbagai negara termasuk Vietnam, India, dan Kamboja. Ia berfokus pada membangun sekolah, lab komputer, perpustakaan dan memberikan beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu. Akhir 2007, organisasi Room to Read yang sudah mengglobal akan membuka perpustakaan yang ke-5000 dan memberikan kesempatan kepada 1,3 juta lebih anak-anak di seluruh dunia mengecap pendidikan.

Dalam buku yang yang sudah diterjemahkan ke dalam 15 bahasa ini, John membagikan keberhasilan dan kegagalan organisasi Room to Read yang bisa menjadi masukan bisnis yang berharga. Pesan berharga yang keluar dari buku ini adalah Anda harus memiliki semangat yang tinggi (passionate) dalam pekerjaan Anda. Mungkin Anda berpikir bahwa memimpin sebuah organisasi non-profit akan lebih mudah daripada bekerja dalam tekanan di Microsoft. Bagaimanapun juga, John Wood masih bekerja tak kenal waktu dan berkelana ke seluruh penjuru dunia agar organisasi Room to Read terus berkembang dan berhasil. MLP (BI 48)

Detail Buku
Judul : Leaving Microsoft To Change The World
Penulis : John Wood
Penerbit : Bentang Pustaka
Tanggal terbit : Agustus 2007
Jumlah hal : 368 halaman
Kategori : Memoar
Rekomendasi : Buku ini ditulis (diterjemahkan) dengan gaya bercerita yang sarat kata-kata indah, membuai khayal kita seolah-olah hadir dalam cerita. Buku ini mungkin kurang cocok untuk dijadikan sebagai buku referensi namun Anda akan mendapat banyak pelajaran berharga dari satu buku ini.

Pelajaran dari Microsoft
John Wood menguraikan garis besar prinsip-prinsip penting yang ia pelajari selama bekerja di Microsoft lalu ia terapkan di organisasi Room to Read. Ia bercerita dengan detail tentang bagaimana ia akhirnya mengerti arti prinsip-prinsip ini dan mengapa prinsip-prinsip ini penting. Prinsip-prinsip yang ia maksud antara lain:

1. Anda harus mendedikasikan diri secara penuh (passionate) dalam mengerjakan sesuatu, apapun pekerjaan Anda.
2. Pertahankan fokus pada hasil-hasil.
3. Perlakukan orang lain dengan hormat dan ketika berhubungan dengan orang lain selalu ingat: “Anda tidak bisa menyerang seseorang, tetapi Anda dapat menyerang ide mereka.”
4. Semua hal bisa diukur dan bisa dibandingkan dengan kinerja lampau atau data sejenis lainnya.
5. Seberapa banyak yang Anda ketahui tentang usaha (pekerjaan) Anda, akan menunjukkan seberapa banyak Anda peduli akan usaha (pekerjaan) itu.
6. Jadilah setia kepada orang-orang Anda.


4. Honeymoon With My Brother - Bertualang keliling dunia gara-gara putus cinta

Kehidupan Franz Wisner seolah-olah hancur berantakan ketika tunangannya yang telah dipacarinya selama 10 tahun memutuskan hubungan seminggu sebelum hari pernikahan mereka. Dengan pesta pernikahan dan bulan madu yang telah siap menanti, ada dua pilihan yang tersedia baginya: membatalkan semuanya atau menjalankannya tanpa mempelai wanita. Didukung oleh adiknya, Kurt Wisner, dan para sahabatnya, Franz yang nyaris putus asa mengambil pilihan kedua.

Bulan madu yang awalnya dianggap sebagai gurauan untuk meringankan beban hati, ternyata berubah menjadi pengalaman luar biasa. Franz dan Kurt, dua bersaudara yang semula merasa saling terasing menemukan kembali jati diri dan keintiman mereka. Keduanya kemudian memutuskan berhenti dari pekerjaan mereka, menjual rumah mereka, menyumbangkan pakaian dan perabot mereka, membuang ponsel dan penyeranta mereka, lalu pergi bersama mengelilingi dunia.

Setelah bertualang selama empat tahun dan menyinggahi lebih dari enam puluh negara, termasuk Indonesia, hubungan mereka justru semakin erat. Franz yang semula patah hati akhirnya menemukan makna hidup yang baru.
Perjalanan mereka pun berubah menjadi sebuah cara baru menikmati hidup. Dari alam liar Amerika Latin hingga Eropa Timur dan Timur Tengah, dari Afrika hingga Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru, setiap petualangan baru membawa mereka ke tempat-tempat yang lebih unik dan menarik, diwarnai aneka kisah seru yang mereka alami.

Lucu, menyentuh, dan sekaligus sangat menghibur, buku ini bakal memancing hasrat bepergian Anda. Mengikuti kedua bersaudara itu sedikit demi sedikit menanggalkan setiap rutinitas harian mereka dan hidup bebas merdeka, mau tak mau Anda akan berharap dapat melakukannya juga


5. Naked Traveller - Petualangan seorang backpacker wanita keliling dunia


Setelah berlama-lama di dalam, saya memberanikan diri ke luar. Saya membuka kunci pintu dan … flush menyala, membasuh kotoran dengan bersihnya! Rupanya, air keluar secara otomatis kalau kita membuka kunci pintu.

Begitulah salah satu pengalaman Trinity saat di bandar udara Schippol, Amsterdam. Ada banyak kisah yang dituturkan olehnya. Lucu, sedih, berdebar, sebel, bete. Semua menjadi bumbu sedap dalam pengalamannya menjadi backpacker yang melanglang ke berbagai negeri mulai dari Asia, Australia, Amerika, hingga Eropa.

Kisah-kisah di buku ini menjadi semacam catatan kecil seorang backpacker yang mencoba mendokumentasikan pengalamannya dan membagikannya sebagai oleh-oleh.

Selamat terpukau!

“…. Menceritakan hal-hal seputar perjalanan dengan cara yang cukup unik. Gaya penulisannya ringan dan kocak, mirip-mirip gaya penulisan novel populer atau chicklit!”
—Detik.com

“…memikat. Ada kejujuran dalam mengungkapkan apa yang dirasakan, tidak hanya dilihat.”-Bondan Winarno, ketua milis wisata boga Jalansutra, pembawa acara Wisata Kuliner TRANS TV


TENTANG PENULIS
Trinity atau Perucha Hutagaol adalah seorang pegawai perusahaan telekomunikasi yang gemar traveling ke berbagai negara dan mencatat pengalamannya di blog pribadinya: naked-traveler.com


6. Annapurna - Kisah Dramatis Ekspedisi - Wanita pertama ke Himalaya

Annapurna --"dewi kesuburan"-- sebuah sasaran yang layak bagi sebuah ekspedisi wanita. Dua puluh delapan tahun sejak pendakian pertama, belum ada lagi wanita yang bahkan mencoba untuk mendaki Puncak Annapurna I (8.000 m dpl). Longsoran salju terjadi setiap saat, meluncur dari ketinggian 7.000 meter sampai ke ketinggian 5.000 meter hanya dalam beberapa detik -- dan ini berarti taruhan nyawa!

Annapurna adalah kisah tentang keberhasilan dan komitmen sebuah tim yang terdiri dari 13 wanita luar biasa -- menggalang dana ribuan dolar, mengelola berton-ton bahan makanan dan perlengkapan, mengatasi masalah logistik yang tidak terhitung banyaknya, dan beradaptasi dengan udara Himalaya yang tipis. Romantika yang rumit mewarnai kisah ini ketika para wanita itu harus berbulan-bulan hidup di tengah para Sherpa yang semuanya laki-laki -- ada konflik, namun juga benih cinta dan keterikatan batin dengan "Negeri Atap Dunia".

Buku - Buku Perjalanan

0 komentar